BANDUNG – PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) alias INTI mengalami peningkatan jumlah proyek secara signifikan pada masa pandemi Covid-19. Setidaknya tercatat per Mei 2020, terdapat sebanyak 80 persen yang diklasifikasikan sebagai proyek positif, atau meningkat empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
“Tahun lalu, hanya sekitar 20 persen yang berstatus positif. Namun, pada masa pandemi ini justru meningkat tajam. Targetnya, tahun ini 100 persen proyek INTI full positive,” ungkap Direktur Utama INTI Otong Iip, Jumat (29/05).
Sejak pertengahan kuartal I-2020, INTI memiliki sejumlah proyek berskala nasional yang sempat mengalami perlambatan akibat adanya pandemi Covid-19. Namun, di sisi lain, INTI justru mendapatkan berbagai proyek baru berskala nasional di bidang telekomunikasi yang mengubah komposisi jumlah proyek positif Perusahaan.
Dari hasil kajian INTI, peningkatan jumlah proyek itu terjadi lantaran Perusahaan terus menggenjot bisnis di bidang Manufacture and Assembly dan Managed Service agar tidak berdampak pada perlambatan kinerja, di saat perusahaan lain memutuskan untuk menahan aksi korporasi di tengah pandemi Covid-19. “Pandemi ini justru membuat INTI kebanjiran orderan,” ujar Otong Iip.
Lima Skenario Bisnis The New Normal
Peningkatan jumlah proyek berstatus positif itupun memaksa INTI untuk bekerja cepat dengan tetap menerapkan sejumlah protokol, prosedur kerja, dan skenario yang ketat agar tidak ada pihak yang terdampak pandemi Covid-19. Apalagi, mayoritas bisnis Perusahaan melibatkan banyak personil lapangan dan mobilisasi lintas area.
Oleh karena itu, INTI telah menyiapkan enam protokol kesehatan khusus untuk aspek interaksi karyawan, pelanggan, mitra usaha, vendor, dan pemangku kepentingan lainnya. Selain protokol interaksi yang telah disosialisasikan pada semua pihak itu, INTI pun telah menerapkan protokol implementasi The New Normal untuk mendukung berbagai prosedur terkait pandemi Covid-19 yang telah dijalankan di seluruh unit kerja serta anak perusahaan dan afiliasi sejak 23 Maret 2020.
Penyusunan protokol itu sesuai dengan arahan Surat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor : S-336/MBU/05/2020 tentang Antisipasi Skenario The New Normal BUMN serta mengadopsi Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/MENKES/328/2020 tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease (Covid-19) di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri Dalam Rangka Mendukung Keberlangsungan Usaha Pada Situasi Pandemi.
Direktur Bisnis INTI Teguh Adi Suryandono yang juga bertindak sebagai Ketua Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Penyebaran Virus Corona (Covid-19) menyebutkan, INTI memiliki dua fokus utama dalam implementasi The New Normal. Objektif pertama yaitu aspek people yang mengharuskan adanya pengamanan terhadap orang, meliputi karyawan, pelanggan, mitra usaha, vendor, dan pemangku kepentingan lainnya.
Lalu, objektif kedua yaitu business continuity yang mewajibkan pengamanan terhadap keberlanjutan bisnis perusahaan. Poin ini dijalankan dengan menggenjot peluang bisnis baru yang relevan terhadap perubahan pola kegiatan industri menuju The New Normal.
Dua fokus utama implementasi The New Normal tersebut siap dijalankan melalui lima fase skenario. Direktur Keuangan INTI Tri Hartono Rianto yang juga bertindak sebagai Wakil Ketua Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Penyebaran Virus Corona (Covid-19) menjelaskan, fase pertama meliputi penyusunan dan rilis protokol perlindungan karyawan, pelanggan, mitra usaha, vendor, dan pemangku kepentingan lainnya, serta prosedur kerja di tiap unit bisnis sesuai protokol Covid-19, yang dilanjut dengan tahapan evaluasi kesiapan protokol The New Normal.
Fase I yang telah dijalankan ini berlanjut ke skenario Fase II yaitu implementasi skenario The New Normal untuk proses bisnis yang kritikal terhadap kelangsungan usaha, yaitu pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan perangkat telekomunikasi (repair), produksi, dan proyek. Pada fase ini juga dijalankan tahapan evaluasi penerapan prioritas skenario The New Normal sebelum beranjak ke skenario berikutnya.
Selanjutnya pada Fase III, IV, dan V, INTI akan menerapkan secara penuh skenario The New Normal di seluruh proses bisnis Perusahaan, yang diakhiri dengan evaluasi penerapan penuh skenario tersebut. “Perusahaan telah menjalani serangkaian assessment dari Kementerian BUMN. Hasilnya, INTI 100% ready facing the new normal,” kata Tri.
Tentang INTI
PT INTI (Persero) adalah badan usaha milik negara (BUMN) yang memiliki lini bisnis di bidang Manufacture and Assembly, Managed Service, Digital Service, dan System Integrator. Perusahaan ini tengah menggarap sejumlah proyek berskala nasional, di antaranya proyek pembangunan perangkat sistem navigasi penerbangan Automatic Depedent Surveillance-Broadcast (ADS-B) di enam bandara di Papua serta satu bandara di Jayapura. Ketujuh bandara yang berlokasi di Sentani, Senggeh, Wamena, Oksibil, Wamena, Dekai, dan Elelim itu berada dalam wilayah pengelolaan Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia alias AirNav Indonesia.
Adapula bisnis Asset Management System (AMS) perangkat telekomunikasi Network Terminal Equipment (NTE) IndiHome milik PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Kontrak bisnis AMS itu terdiri dari pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan perangkat (repair) Optical Network Terminal (ONT), repair Set Top Box (STB), serta pembongkaran secara keseluruhan perangkat terpasang di rumah konsumen yang sudah berhenti berlangganan IndiHome (dismantling) NTE.
Proyek itu berlangsung di seluruh Indonesia dengan pemusatan pekerjaan pada AMS Center di 12 lokasi, yaitu Medan, Pekanbaru, Palembang, Jakarta, Karawang, Bandung, Bandung Barat, Semarang, Surabaya, Denpasar, Balikpapan, dan Makassar. Titik AMS Center tersebut merupakan area yang tersebar di wilayah Telkom Regional 1-7.
Bisnis lainnya yang tak kalah strategis yaitu produksi serta distribusi kabel serat optik dan aksesoris, dengan kapasitas produksi mencapai 12,6 juta meter per bulan. Kabel serat optik khususnya jenis drop cable dengan kapasitas 1 core sampai 4 core, baik untuk kebutuhan indoor maupun outdoor itu dihasilkan di fasilitas produksi yang berlokasi di Jalan Moch. Toha No 225 Bandung.
***